JAKARTA - Pada Senin, 13 Oktober 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi membuka suspensi terhadap enam saham yang sebelumnya sempat dihentikan perdagangannya.
Langkah ini membuat saham-saham tersebut kembali bisa diperdagangkan di pasar reguler dan pasar tunai mulai sesi pertama hari ini.
Enam saham yang kembali beraktivitas di pasar adalah PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF), PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), PT First Media Tbk (KBLV), PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS), dan PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA).
Keputusan ini diumumkan oleh Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, yang juga mengonfirmasi bahwa saham-saham tersebut kini telah bebas dari suspensi dan berhak kembali diperdagangkan di seluruh pasar.
Pergerakan Saham Pasca Pembukaan Suspensi
Setelah pembukaan suspensi, terlihat adanya variasi pergerakan harga saham pada keenam emiten tersebut. Saham PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) tercatat mengalami penurunan sebesar 2,10% ke harga Rp 700 per lembar saham pada pukul 10.51 WIB.
Meski demikian, dalam periode sebulan terakhir, saham BEEF mencatatkan kenaikan luar biasa sebesar 116,05%, dan sejak awal tahun saham ini telah melonjak tajam mencapai 434,47%.
Sementara itu, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) justru mencatatkan kenaikan harga signifikan sebesar 9,90% ke level Rp 1.110. Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, harga saham RANC meningkat tajam mencapai 163,03%, sedangkan sejak awal tahun sudah menguat sebesar 136,17%.
Saham PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) turut mencatatkan kenaikan yang mengesankan, naik 9,66% ke level Rp 795 per saham. Dalam satu bulan terakhir, saham FAST melambung 145,37%, dan sejak awal tahun mengalami peningkatan hingga 172,26%.
PT First Media Tbk (KBLV) juga menunjukkan tren positif dengan kenaikan harga sebesar 9,87% ke Rp 334 per saham. KBLV mengalami penguatan sama untuk periode sebulan terakhir dan sejak awal tahun, dengan angka yang mencapai 9,87% dan 271,11% secara berturut-turut.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) mencatat lonjakan yang paling signifikan, langsung meroket 10% ke level Rp 825 saat suspensi dibuka. Dalam satu bulan terakhir, harga saham BUVA sudah meningkat drastis sebesar 126,65%, dan sejak awal tahun mencatat pertumbuhan fenomenal hingga 1.322%.
Sementara itu, satu-satunya saham yang mengalami penurunan pasca suspensi adalah PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS). Harga saham TFAS turun 10,88% ke Rp 344 pada pukul yang sama.
Namun, jika melihat data sebulan terakhir dan sejak awal tahun, TFAS masih menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 98,84% dan 226,42%.
Respons Pasar dan Implikasi Suspensi
Pembukaan suspensi terhadap saham-saham ini merupakan momen penting bagi para investor yang sebelumnya harus menunggu agar saham bisa kembali diperdagangkan.
Suspensi yang diberlakukan oleh BEI bertujuan untuk menjaga stabilitas dan transparansi pasar, sekaligus memberikan waktu bagi emiten untuk memenuhi kewajiban dan klarifikasi terkait pergerakan harga yang tidak wajar.
Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono, menyatakan bahwa pembukaan suspensi ini dilakukan setelah pihak BEI melakukan evaluasi terhadap kondisi emiten dan memastikan tidak ada indikasi manipulasi harga yang signifikan.
Dengan dibukanya suspensi, diharapkan pasar dapat kembali mencerminkan nilai wajar dari saham-saham tersebut.
Perbandingan Tren Harga dan Potensi Ke Depan
Melihat data pergerakan harga saham sejak awal tahun, sebagian besar saham yang baru dibuka suspensinya menunjukkan tren kenaikan yang luar biasa, menandakan bahwa minat pasar terhadap saham-saham tersebut tetap kuat.
PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA), misalnya, mencatat pertumbuhan harga yang sangat tinggi hingga lebih dari 1.300% sejak awal tahun. Ini menandakan adanya sentimen positif dari investor yang yakin terhadap potensi perusahaan ke depan.
Namun, penurunan harga yang dialami oleh PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS) pasca suspensi juga perlu menjadi perhatian bagi para investor. Meski demikian, kenaikan harga secara keseluruhan dalam jangka panjang menunjukkan potensi pemulihan dan penguatan fundamental perusahaan.
Sementara itu, saham-saham seperti PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF), PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) tetap menjadi fokus pasar dengan tren kenaikan yang stabil dan persentase kenaikan yang signifikan selama sebulan terakhir.
Outlook dan Strategi Investasi
Bagi para investor, pembukaan suspensi ini memberikan peluang baru untuk menilai kembali portofolio saham mereka. Momentum setelah suspensi ini dapat menjadi waktu yang tepat untuk melakukan evaluasi, membeli saham dengan potensi pertumbuhan yang kuat, atau mengambil keuntungan dari kenaikan harga saham yang terjadi.
Investor disarankan untuk selalu memperhatikan informasi resmi dari BEI serta memantau laporan keuangan dan kinerja perusahaan agar dapat mengambil keputusan investasi yang tepat. Kondisi pasar yang volatil pasca suspensi menuntut kehati-hatian dalam berinvestasi dan perencanaan yang matang.
Pembukaan suspensi oleh Bursa Efek Indonesia terhadap enam saham pada 13 Oktober 2025 menjadi kabar positif bagi pelaku pasar. Meski terdapat pergerakan harga yang beragam, sebagian besar saham mencatat kenaikan signifikan baik dalam jangka pendek maupun sejak awal tahun.
Langkah BEI ini menunjukkan komitmen menjaga kestabilan dan transparansi pasar modal Indonesia, sekaligus memberikan ruang bagi emiten dan investor untuk melanjutkan aktivitas perdagangan secara normal.
Investor disarankan untuk memanfaatkan momentum ini dengan bijak, terus mengikuti perkembangan pasar, dan melakukan analisis menyeluruh agar dapat memaksimalkan peluang di pasar saham Indonesia.
Pergerakan saham pasca pembukaan suspensi ini menjadi cerminan dinamika pasar modal yang terus berkembang. Dengan pengawasan ketat dan kebijakan tepat, Bursa Efek Indonesia berupaya menciptakan ekosistem investasi yang sehat dan berkelanjutan bagi semua pihak.